Jakarta- Pagi yang cerah itu pada hari rabu tanggal 18 Mei 2022 adalah saat ketika OIC Youth Indonesia mengadakan rapat dan audiensi selama tiga jam (dari pukul 09:00 sampai 12:00) dengan pejabat pemerintah pusat yang menjadi para asisten deputi menteri di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK Republik Indonesia) yang dipimpin oleh Menko PMK Muhadjir Effendi.
Rapat tersebut diselenggarakan secara langsung di kantor Kemenko PMK dan secara virtual. Total ada empat orang delegasi OIC Youth Indonesia yang hadir secara langsung, dan yang lainnya menghadiri rapat secara virtual. Mereka yang hadir yaitu Ms. Astrid Nadya Rizqita (President OIC Youth Indonesia), Ilham Akbar (Sekretaris Eksekutif), Ellena Kavarera (Coordinator of MOIC International Relations), dan Ghazi Abdullah Muttaqien (Deputy Director of Strategic Research Society OIC Youth Indonesia).
Yang hadir secara virtual ada Nabila Harahap Wabendum OIC Youth Indonesia, Bangkit Ausamapta Harvin Ketua Akademik MOIC Indonesia, Dewi Pramodhawardhani, Wakil Presiden Model OIC Club Universitas Muhammadiyah Jakarta, dan M. Ikmal Wafa, Direktur Santri Diplomacy Academy.
Kedatangan empat Delegasi OIC Youth Indonesia di lantai 13 disambut hangat secara langsung ataupun virtual oleh para pejabat Kemenko PMK, diantaranya seperti Ibu Linda Restaningrum (Asisten Deputi Pemberdayaan Anak, Wanita dan Pemuda), Bapak Thomas Siregar (Asisten Deputi Bidang Moderasi Umat Beragama), Bapak Saufi (Asisten Deputi Bidang Keagamaan), Bapak Haris (Jabatan Fungsional Madya), Bapak Indra (Jabatan Fungsional Muda), dll.
Selain itu, Kemenko PMK pun menyatakan untuk siap mendukung, bersinergi dan berkolaborasi dengan OIC Youth Indonesia dalam hal pengembangan kualitas sumberdaya manusia, kepemudaan, serta kebudayaan, untuk memajukan setiap potensi terbaik generasi muda Indonesia untuk mewujudkan Visi Indonesia Adidaya 2045.
Adapun alur isi audiensi tersebut berupa penyampaian hal-hal berikut:
Presiden Astrid Nadya Rizqita yang menyampaikan prolog (mukadimah) tentang Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dengan penganut agama Islam di Indonesia sebesar 209,1 juta jiwa atau 87,2 persen dari total penduduk, haruslah memberi teladan kebaikan untuk kemajuan serta pembangunan bagi kemanusiaan, peradaban dan kebangsaan. Selain itu, disampaikan pula tentang Snapshot OIC (Organisation of Islamic Cooperation yang beranggotakan 57 negara Islam di Dunia), ICYF (Islamic Cooperation Youth Forum) beserta kegiatan-kegiatannya, serta profil OIC Youth Indonesia mengenai structure (pengurus dan keanggotaan organisasi), recent activities (kegiatan terbaru) dan upcoming activities (program kegiatan di masa mendatang). Sebab menurutnya sebagaimana mengutip konstitusi RI, bahwa dalam UU. No. 37 tahun 1999 dan, UU. No. 23 tahun 2014, bahwa generasi muda juga merupakan salah satu aktor penting dalam diplomasi luar negeri Indonesia yang bebas-aktif.
Setelah itu, dilanjutkan oleh Ghazi Abdullah Muttaqien yang memaparkan presentasi terkait rencana program moderasi umat beragama dan laporan kunjungan luar negeri OIC Youth Indonesia ke beberapa negara Eropa serta hasil-hasil sidang World Youth Assembly 2022 di Markas Besar PBB di Geneva Swiss tentang Forum Pelestarian Lingkungan Tingkat Dunia yang telah menghasilkan piagam World Youth Charter yang di akhir tahun 2022 akan disahkan pada Sidang Majelis Umum PBB di New York AS, yang memuat beberapa pasal terkait Ensuring Access to Clean Water, Developing Access to Renewable Energy, Restoring Ecosystem and Preventing Deforestation, Preserving Marine Biodiversity, Sustainable Conpsumpsion and Production, Acting Against Plastic Waste, Promoting Sustainable Cities’ development, Reducing And Managing Electronic Waste.
Sedangkan Ms. Ellena Kavarera menyampaikan presentasi mengenai program MOIC IR Academy (Model of Organisation of Islamic Cooperation International Relations Academy) yang merupakan suatu platform pelatihan atau akademi diplomasi yang menyasar berbagai Universitas (saat ini tercatat sudah ada 10 universitas yang memiliki MOIC program), SMA, dan pondok pesantren (Santri Diplomacy Academy) di Indonesia untuk kaderisasi pelanjut perjuangan diplomasi luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Selain itu, disampaikan pula kabar membanggakan bahwa pada minggu yang lalu nya, Delegasi OIC Youth Indonesia yang bernama Alia Fatika Santosa dari SMAN 70 Jakarta telah menyabet juara pertama sebagai delegasi terbaik dalam 3rd International High School Model OIC Istanbul 2022.
Selain itu, para pejabat dan staff Deputi Menteri Kemenko PMK pun menyampaikan beberapa pemaparan kepada delegasi OIC Youth Indonesia, di antaranya seperti;
Terkait Isu pemberdayaan manusia, arah Kebijakan yang dituju kemenko PMK adalah:
1. Peningkatan nilai tambah ekonomi.
2. Meningkatkan kualitas anak, perempuan dan pemuda. Sehingga, dalam Pemerintahan Presiden Jokowi saat ini sudah diberikan akses yang lebih luas untuk berkreasi dan berinovasi bagi kawula muda.
Selain itu, disampaikan pula terkait Tantangan Pembangunan Generasi Muda Indonesia:
1. Gender dan diskriminasi.
2. Estimasi pengidap HIV/AIDS ada 543 ribu orang.
3. Perilaku destruktif pemuda.
4. Prevalensi stunting.
5. Akses informasi dan literasi digital.
6. Ketanagakerjaan dan angka pengangguran yang tinggi (perhitungan IPP BPS dan WEF 2020).
Selain itu, dipaparkan pula tentang Skema Pantahelix Pembangunan Pemuda Indonesia yang harus melibatkan berbagai unsur berikut:
1. Pemerintah
2. Masyarakat dan Komunitas
3. Media
4. Institusi pendidikan
5. Pelaku usaha atau industri
Sebagai penutup, Bapak Thomas Siregar, Asisten Deputi Moderasi Beragama, menyatakan bahwa “Kami siap membantu dan mendukung setiap program kebaikan dalam pemberdayaan pemuda dari OIC Youth Indonesia.”
Selain itu, beliau pun menyampaikan beberapa amanat penting kepada OIC Youth Indonesia, yaitu:
1. Harus ada program mencetak pemuda moderat yang punya wawasan keislaman dan keindonesiaan yang memadai.
2. Indonesia itu menganut prinsip Islam wasatiyah (moderat). Maka harus ada program interfaith (dialog lintas agama) untuk mewujudkan harmoni dan kolaborasi setiap komponen bangsa.
3. Kalau bicara moderasi, jangan ada ekslusivitas (tertutup). Harus inklusif (terbuka menyikapi perbedaan).
4. Semua agama harus dirangkul dalam program kerja OIC Youth Indonesia.
5. Ajaklah teman teman yang lain agar memiliki akses untuk turut berkecimpung di dunia internasional.
6. Pemerintah tidak bisa sendiri dalam merealisasikan agenda pembangunan, butuh bantuan para pemuda.